saya merasa tidak bisa berbuat banyak. Bukan hanya tidak punya kemampuan untuk melakukan sesuatu tetapi juga tidak mempunyai jaringan yang bisa mensupport. Akhirnya saya hanya bisa pasrah dan menerima.
Rasanya ini adalah waktu yang tepat untuk kembali ke blogspot, walaupun saya harus menelan ludah saya sendiri karena telah membuat pengumuman untuk me-nonaktif-kan account di blog saya. Namun rasanya kini setelah lumayan kenal dengan hal yang berbau on-line, rasanya keinginan untuk bersosialita lewat dunia maya lebih besar, di dukung dengan akses internet gratis serta waktu luang yang sedikit tersedia, rasanya sangat sayang kalau kesempatan bersosialita itu dihilangkan.
Namun saya masih menimbang apakah saya akan mencoba memilih untuk bersosialita di wordpress atau di blogger. Seharunya memang saya aktif lagi di blogspot, karena artikel di sana lebih banyak, sedangkan di wordpress, berarti saya harus muali dari awal.
Semoga saja Telkom bisa menjadi dewasa dan menyadari kesalahannya dengan mem-banned Multiply dan layanan sejenis yang menyediakan fasilitas up load film. Ah, semoga saja manusia bisa menjadi dewasa dengan berpikir dan merenung. Dan semoga saja pendekatan represif yang selalu dilakukan oleh beberapa manusia bisa berkurang dan berubah dengan pendekatan yang lebih manusiawi.
Sambil menungu itu, ternyata di cafe tempat saya menulis blog ini memutar sebuah lagu klasik, Oasis dengan judul Don't Look Back in Anger. Lirik lagu ini memang bisa pas di banyak kesempatan, mungkin juga bisa pas di kesempatan seperti ini.
Nb: sepertinya saya akan memilih keduanya, namun posting terbanyak tetap akan di wikubaskoro.blogspot.com....selamat membaca dan sepertinya pengumuman ditutupnya blog ini saya tarik kembali.....
Hidup memang unik...setiap detail mempunyai ciri sendiri. Tidak ada yang pernah sama, yang ada hanya kemiripan. Seperti kembar siam atau penciptaan cermin. Hanya kemiripan, tidak pernah ada sesuatu yang sama persis. Tidak pernah ada. Nah, begitu juga tentang pemikiran, perasaan serta pemahaman akan suatu masalah. Semuanya tidak akan pernah sama. Setiap cerita selalu mempunyai dua sisi. Fenomena dua sisi mata uang.
Ada baiknya memang kia saling pengertian, mengerti perasaan sendiri dan mengerti perasaan orang. Tapi, lagi-lagi pemahaman akan seubah perasaan pun tidak akan pernah sama. Antara saya dan dia (sebut saja demikian) selalu mempunyai tolak pikir yang berbeda. Seberapa pun dekatnya kami, kami tetap saja dua makhluk yang berbeda. Seberapa pun pengertian yang ada diantara kami, tetap saja kami dua manusia yang punya otak, hati, serta tingkah laku masing-masing.
Dan setiap manusia akan membawa perangainya sendiri-sendiri. Seperti ego, perasaan, serta reaksi terhadap suatu masalah. Masalah ego adalah yang paling rumit. Dengan pengertian seberapa besar pun, ego tetaplah ego, yang punya maunya sendiri. Ego yang hidup dalam manusia yang berbeda satu sama yang lain, ego yang didukung oleh pribadi yang berbeda satu sama yag lain.
Ego yang selalu bersandar pada realitas, yang selalu mereprentasikan akal. Dan di dunia nyatalah pertentangan antara ego yang satu dengan ego yang lain akan bertemu. Bersingungan dan bahkan berperang.
Manusia yang unik, manusia yang berbeda satu sama lain. sebetulnya menjadikan dunia ini lebih menarik untuk ditingali. Kemajuan peradaban dan kehidupan yang melingkupi manusia sepertinya tidak akan pernah berakhir. Setidaknya sampai saat ini, mengenai masalah bagaimana dunia ini akan berkahir, itu hal lain.
Hidup terus berjalan membawa perubahan dan keunikan sendiri. Perjalanan hidup tidak pernah membawa kita pada masa lalu, kecuali dalam fiksi. Masa akan terus berjalan ke depan, menembus apa-apa yang baru, mencari apa-apa yang belum ada, dan mengembangkan apa-apa yang sudah ada.
Lalu, dimanakah seharusnya ditempatkan ego dari manusia yang tidak pernah ada kesamaan anatara satu dengan yang lainnya itu. Dalam kenyataan atau memang harus disimpannya dalam khayalan. Baimanakah jika ternyata ego anatara manusia memang tidak bisa diselaraskan, tidak bisa dipertemukan antara satu sama yang lain tanpa membuat sebuah masalah. Karena kadar pengertian antara satu manusia dengan manusia yang lain tentulah tetap akan selalu tidak sama.
Dimanakah kenyataan harus ditempatkan agar bisa selaras dengan kenyataan manusia yang lainya. Dalam dunia atau dalan mimpi?
Waktu yang terus berjalan akan menambah usia dan pengalaman ego. Seperti juga manusia yang memilikinya. Maka yang dibutuhkan sebetulnya bukan manajemen ego, tetapi menajemen pengertian. Pengertian memang tidak akan pernah sempurna, seorang manusia murni tentu tidak akan pernah menyelaraskan pengertian sedemikian rupa sehingga bisa begitu sempurna dan begitu pengertian dengan manusia yang lain. Selama ego masih ada, manusia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan pengertian itu. Dan memang, manusia bukan dituntut untuk menjadi sempurna. Tidak ada satu manusia murni pun yang bisa menjadi sempurna. Jika sejarah mencatat beberapa nama manusia semnpurna, sepertinya mereka bukan manusia biasa, tentu dalam setiap hal selalu ada pengecualian alias special case.
Begitulah, kembali pada perihal pengertian, yang manusia butuhkan adalah kadar pengertian yang selalu di jaga, dipelihara dan dibudidayakan. Bukan pengertian jenis telor ceplok yang bisa instan dan tidak butuh banyak proses. Manajemen pengertian berarti berusaha untuk selalu meng-up date kadar pengertian dalam diri sendiri, mendekati kenyataan yang sedang berlangsung. Tipe pengertian tempe mentah, yang membikinnya perlu proses, perlu pengembangan cara.
Demikianlah seharusnya kadar pengerian dibudidaya, menjadi sebuah keunikan yang selalu melekat pada hanya satu manusia namun selalu berkembang sesuai dengan kenyataan di mana manusia itu hidup. Kadar pengertian yang selalu berkembang akan memungkinakan ego melihat sebuah penyeimbang yang bisa membimbingnya untuk memenuhi keinginan id, dan mencerna setiap keinginan dengan kondisi yang ada di dalan kenyataan.
Manajemen pengertian ini bukanlah hal sulit, selain komitmen yang tentu menjadi modal utama, sisanya hanyala sebuah ketekunan dan tekad untuk selalu mengingat bahwa ego akan selalu bertemu dengan ego milik orang lain, dan akan selalu bersinggungan.
Manajemen pengertian tidka erag ada sekolahnya. Ia hanya sebuah sebuah ilmu yang harus dikembangkan oleh individu masing-masing dengan masing-masing keunikannya. Karena yang sama dalam hidup bukanlah proses, tapi titik awal dan titik akhir. Semua orang dengan prosesnya masing-masing akan berputar-putar menuju apa yang disebut sebagai titik akhir.
Sedangkan perjalanan menuju kesana adalah rimba ego yang begitu belantara. Pengertian hadir, sebetulnya untuk dirinya sendiri, di mana ia ingin dimengerti oleh banyak orang, karena kemampuan verbalnya yang kurang, yang membuatnya tidak bisa melakukan apa yang ia bisa lakukan sekarang, mengerti dan beraktifitas.
Maka waktu waktu pun bertambah, hidup selalu menuju masa depan. Demikian juga manusia dengan segala keuinkannya, akan terus berlayar dalan samudra hidup, kadang berlabuh, kadang menetap, namun yang pasti selalu melanjutkan perjalanan.
Sepeti itulah hakikat manusia, selalu berkembang, selalu berbiak, selalu berjalan maju. Diikuti oleh ego dan pengertian.
NOTHING COMPARES 2 U
sinead o'conor
It's been seven hours and fifteen days
Since u took your love away
I go out every night and sleep all day
Since u took your love away
Since u been gone I can do whatever I want
I can see whomever I choose
I can eat my dinner in a fancy restaurant
But nothing
I said nothing can take away these blues
`Cause nothing compares
Nothing compares 2 u
It's been so lonely without u here
Like a bird without a song
Nothing can stop these lonely tears from falling
Tell me baby where did I go wrong
I could put my arms around every boy I see
But they'd only remind me of you
I went to the doctor n'guess what he told me
Guess what he told me
He said girl u better have fun
No matter what u do
But he's a fool
`Cause nothing compares
Nothing compares 2 u
All the flowers that u planted, mama
In the back yard
All died when u went away
I know that living with u baby was sometimes hard
But I'm willing to give it another try
Nothing compares
Nothing compares 2 u
Nothing compares
Nothing compares 2 u
Nothing compares
Nothing compares 2 u
Sampai sekarang saya masih berpikir keras tentang konsep pertemanan. Bagaimana interaksi antar manusia bisa membuat sebuah konsepsi yang berujung pada ketergantungan psikologis.
Pertemanan bagi saya masih seperti suatu hal adiluhung yang transenden, jauh dari jangkauan manusia. Hal ini dikarenakan pengalaman saya terhadap konsep pertemanan yang sering kandas ketika saya mencoba menyelaraskan antara ekspektasi saya terhadap konsep pertemanan dengan kenyataan yang ada dari pengejewantahan konsep pertemanan itu.
Banyak yang saya lihat, meraka yang berteman tidak menjangkau konsep pertemanan itu sendiri. Semacam lip service. ‘gw temen lo tapi gw tetep gw, jadi kalo lo ngerugiin gw, lo bukan temen gw’.
Saya memang lantas menggeneralisir pemikiran saya ini terhadap konsep pertemanan makro. Entah benar atau tidak, namun saya tetap berpegang pada pemikiran saya ini, setidaknya sampai proses dialekta saya ini menemui sebuah penjelasan akan sebuah teori lain yang meruntuhkan hasil pemikiran saya.
Dan seiring berjalannya waktu saya kemudian bertemu teman. Kurang lebih 1 tahun yang lalu saya bertemu dengan dia. Namanya sukab.
Sekilas memang mirip dengan tokoh yang ada di banyak cerpennya seno gumira ajidarma, namun sukab yang ini jelas-jelas bukan makhluk hidup. Dia adalah motor yang dibelikan oleh ayah saya kurang lebih setahun yang lalu.
Kami menjadi sangat akrab karena sukab selalu menemani saya, yang hampir lebih dari 6 jam berada di jalan mengendarai motor. Sukab telah menemani saya dalam terik matahari dan panasnya hujan, juga tentunya sudah lebih dari 100 senja kami lewati bersama. Kini sukab sudah mulai bertambah umur, seperti kebanyakan makhluk hidup, ternyata sukab pun bertambah tua. Shockbreaker-nya sudah makin loyo, dan warnanya pun mulai memudar.
Namun sukab ternyata tetap setia menemani saya mengarungi jalanan
Jauh dari itu semua saya kemudian kembali merenung pada konsep pertemanan yang saya pegang. Saya bertanya, apakah konsep saya itu bisa diterapkan pada temen non makhluk hidup?
Ternyata memikirkan penjelasannya saja kok agak rumit, lalu saya berlindung di sebuah alibi, alibi yang tentunya saya ciptakan sendiri. Yang terpenting bukan wujud dari teman itu, namun keinginan kita untuk menghargai semua yang ada di sekitar kita. Tentu makhluk hidup berbeda dengan benda mati, namun budaya menghargai tentu akan sama jika diterapkan dengan tulus.
Maka saya tetap akan melabeli motor saya sebagai teman saya. Sebagai sesuatu yang dekat dengan saya.
Selamat berkenalan dengan sukab, semoga budaya menghargai bisa hinggap dan menetap pada kita semua, dan pertemanan yang tulus bisa banyak tercipta.
Sebuah ruang kosong selalu ada di sela-sela detik hidup kita, antara satu detik ke detik berikutnya. Selalu ada momen dimana kita merasa kosong, merasa mengambang, merasa seperti tidak ada.
Ruang kosong itu seperti bayangan ada dimana kita berpijak. Namun ruang kosong akan tetap ada walaupun tak ada matahari. Ia hadir dengan atau tanpa kita sadari. Kadang terlewat begitu saja, kadang begitu menakutkan hinga kita menghindar, dan kadang kita begitu merindukannya.
Bagi saya ruang kosong iu sedikit romantis, selain hujan, ruang kosong bisa menjadi obat kejenuhan yang ampuh. Bangku, meja dan aroma sunyi itu membuat pikiran menjadi tenang. Seperti menarik nafas dan menghembuskannya dengan penuh kelegaan.
Adakalanya manusia begitu takut sendirian, takut akan sebuah kondisi dimana kita tidak berpikir atas kehendak sendiri namun atas kehendak bersama, antara kita dan lawan bicara kita. Dan lawan bicara ini bisa saja bukan manusia. Kesepian bisa membuat kita mencari sebuah objek yang kita imajinasikan seperti bernyawa, berpikiran, dan mempunyai perasaan.
Berpikir sendiri berarti sadar akan apa yang menjadi kenyataan. Apa yang benar-benar kita hadapi. Dan kesendirian akan mebuka ruang dimana kita bisa berpikir jernih dengan pikiran murni kita sendiri.
Nah, begitulah ruang kosong menjadi benar-benar kosong karena manusia cukup mengerti akan ketakutannya sehinggan enggan untuk sendirian. Namun bangku yang kosong bisa juga berarti sebuah introspeksi, dan ruang yang sepi bisa menjadi sebuah momen yang menakjubkan. Dimana kita mulai mengkoneksikan antara harapan , imaji, ilusi dan kenyataan.
Menyadari betapa semuanya harus kita hubungkan dalam sebuah beanang merah yang bisa kita pegang untuk menjalani hidup. Tidak hanya hidup dalam harapan, hidup dalam ilusi, hanya hidup dalam mimpi dan tidak juga hidup hanya dalam kenyataan.
Setiap manusia harus bermimpi, harus berharap, harus menganal ilusi dan harus pula hidup dalam kenyataan. Keselarasan antara semua adalah sebagian cara dalam hidup manusia untuk mencapai kedamaian.
Maka ruang kosong bisa berarti sebuah ide brilian yang menyadarkan kita bahwa kita tak pernah menjadi sempurna. Namun bisa berusaha untuk menyelaraskan berbagai aspek dalam hidup kita yang sering bertntangan.
Ruang kosong bisa menjadi ruang kosong yang benar-benar berguna, asalkan kita mau menghadapinya bukan menghindarinya.
|