« Home | ruang kosong » | Sebuah ruang kosong selalu ada di sela-sela deti... » | NURLELA si laptop primadona » | antara bandung, hijau dan kerinduan » | akan berubah !!!! » 

sukab sahabat saya

Sampai sekarang saya masih berpikir keras tentang konsep pertemanan. Bagaimana interaksi antar manusia bisa membuat sebuah konsepsi yang berujung pada ketergantungan psikologis.

Pertemanan bagi saya masih seperti suatu hal adiluhung yang transenden, jauh dari jangkauan manusia. Hal ini dikarenakan pengalaman saya terhadap konsep pertemanan yang sering kandas ketika saya mencoba menyelaraskan antara ekspektasi saya terhadap konsep pertemanan dengan kenyataan yang ada dari pengejewantahan konsep pertemanan itu.

Banyak yang saya lihat, meraka yang berteman tidak menjangkau konsep pertemanan itu sendiri. Semacam lip service. ‘gw temen lo tapi gw tetep gw, jadi kalo lo ngerugiin gw, lo bukan temen gw’.

Saya memang lantas menggeneralisir pemikiran saya ini terhadap konsep pertemanan makro. Entah benar atau tidak, namun saya tetap berpegang pada pemikiran saya ini, setidaknya sampai proses dialekta saya ini menemui sebuah penjelasan akan sebuah teori lain yang meruntuhkan hasil pemikiran saya.

Dan seiring berjalannya waktu saya kemudian bertemu teman. Kurang lebih 1 tahun yang lalu saya bertemu dengan dia. Namanya sukab.

Sekilas memang mirip dengan tokoh yang ada di banyak cerpennya seno gumira ajidarma, namun sukab yang ini jelas-jelas bukan makhluk hidup. Dia adalah motor yang dibelikan oleh ayah saya kurang lebih setahun yang lalu.

Kami menjadi sangat akrab karena sukab selalu menemani saya, yang hampir lebih dari 6 jam berada di jalan mengendarai motor. Sukab telah menemani saya dalam terik matahari dan panasnya hujan, juga tentunya sudah lebih dari 100 senja kami lewati bersama. Kini sukab sudah mulai bertambah umur, seperti kebanyakan makhluk hidup, ternyata sukab pun bertambah tua. Shockbreaker-nya sudah makin loyo, dan warnanya pun mulai memudar.

Namun sukab ternyata tetap setia menemani saya mengarungi jalanan bandung yang semakin aduhai panasnya. Setiap ada kesempatan saya selalu menyemangati di untuk tetap segar dalam melintas jalan raya yang semain padat oleh kendaraan. Sukab memang setia.

Jauh dari itu semua saya kemudian kembali merenung pada konsep pertemanan yang saya pegang. Saya bertanya, apakah konsep saya itu bisa diterapkan pada temen non makhluk hidup?

Ternyata memikirkan penjelasannya saja kok agak rumit, lalu saya berlindung di sebuah alibi, alibi yang tentunya saya ciptakan sendiri. Yang terpenting bukan wujud dari teman itu, namun keinginan kita untuk menghargai semua yang ada di sekitar kita. Tentu makhluk hidup berbeda dengan benda mati, namun budaya menghargai tentu akan sama jika diterapkan dengan tulus.

Maka saya tetap akan melabeli motor saya sebagai teman saya. Sebagai sesuatu yang dekat dengan saya.

Selamat berkenalan dengan sukab, semoga budaya menghargai bisa hinggap dan menetap pada kita semua, dan pertemanan yang tulus bisa banyak tercipta.

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x